Teman Yang Baik
Teman Yang Baik
Rina dan Dini dikenal sebagai sahabat
baik yang populer di sekolah. Meskipun berbeda kelas, tapi mereka selalu
menghabiskan waktu istirahat bersama. Tidak ada yang meragukan eratnya
persahabatan di antara mereka.
Meski
berbeda karakter, tetap tidak menghalangi kedekatan mereka. Rina merupakan
seorang siswi pendiam yang tidak akan populer jika tidak bersama Dini.
Sedangkan Dini cenderung seperti seorang pembual yang hobi memamerkan
barang-barang milik Rina.
Suatu hari
pada sebuah acara pengundian hadiah, Rina terpilih menjadi salah satu pemenang.
Ia datang bersama Dini. Di sana para pemenang diperbolehkan untuk memilih
sendiri hadiah berupa voucher belanja dengan berbagai nominal.
Dari lima
pemenang terpilih, Rina mendapat giliran keempat untuk mengambil hadiah. Rina
melihat pemenang yang akan mengambil hadiah setelahnya, yaitu seorang ibu
berpakaian lusuh dengan keempat anaknya yang masih kecil. Ia kemudian melihat
voucher yang tersisa.
Melihat
nominal pada voucher yang tinggal dua pilihan, ia memilih voucher belanja
dengan nominal paling rendah kemudian berbalik dan tersenyum pada ibu dan empat
anaknya. Hal ini membuat Dini terkejut dan menganggapnya bodoh.
Dini
kemudian mencoba menguji Rina dengan uang yang ia bawa. Ia meminta Rina untuk
mengambil salah satu uang yang ia sodorkan. Sedikit bingung, Rina mengambil
uang dengan nominal paling rendah.
Keesokan
harinya Dini bercerita kepada teman-temannya tentang kebodohan Rina. Untuk membuktikannya,
Dini memanggil Rina ke hadapan teman-teman kelasnya.
“Hai, Rin,
aku ada uang nganggur nih. Kamu pilih yang mana? Aku kasih buat kamu.” Dini
menyodorkan uang sejumlah Rp10.000 dan Rp20.000 kepada Rina.
Rina pun
mengambil Rp10.000 dari Dini. Dini dan teman-temannya tertawa dan mengatakan
bahwa Rina bodoh. Peristiwa ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali.
Beberapa teman Dini juga ikut-ikutan melakukan hal itu.
Rina tetap
diam dipermalukan seperti itu. Dan setiap kali dipaksa untuk memilih, ia selalu
bersikap tenang dan memilih uang dengan nominal yang paling rendah. Ia juga
ikut tertawa ketika orang-orang menertawakannya.
Hingga
suatu hari ketika Dini memamerkan kebodohan Rina pada salah seorang kakak kelas
terpopuler bernama Rifki dihadapan teman-teman kelasnya. Dini kembali
menyodorkan uang, kali ini bernominal Rp50.000 dan Rp100.000, kepada Rina dan
memintanya memilih.
Lagi-lagi
Rina memilih uang dengan nominal terendah. Semua orang tertawa, menertawakan
Rina yang hanya tertunduk, kecuali Rifki. Ia tertegun mengamati siapa
sebenarnya yang sedang membodohi siapa.
“Lihat,
Kak. Teman baikku yang satu ini unik kan?” kata Dini kembali mulai
mempermalukan Rina.
“Ya, dia
memang unik dan cerdas. Jika saja ia memilih uang dengan nominal tertinggi dari
awal, maka kalian tidak akan mau bermain dengannya bukan? Cobalah kalian hitung
berapa ratus ribu yang sudah kalian keluarkan cuma-cuma,” kata Rifki.
Dia
pintar, memilih bersabar untuk mengambil keuntungan lebih. Jadi, sebenarnya
siapa yang sedang membodohi siapa?” lanjut Rifki tertawa.
Semua
orang terdiam mendengar penjelasan dari Kak Rifki. Seketika mereka merasa telah
melakukan hal bodoh yang sia-sia. Sedangkan Rina tersenyum memandang Kak Rifki
yang berbalik menertawakan Dini dan teman-temannya.
Pada akhirnya,
bagi Rina teman yang baik itu selalu ada memberikan tambahan penghasilan tak
terduga meski harus dibayar dengan kesabarannya. Tapi tidak apa-apa, setiap
perbuatan pasti ada bayarannya dan perbuatan Dini dibayar dengan uang serta
rasa malu.