Nyi Ageng Serang

Nyi Ageng Serang adalah seorang pahlawan nasional yang mengukir namanya dalam sejarah perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Ia adalah perempuan pejuang yang pernah memimpin pasukan dalam Perang Jawa atau juga dikenal sebagai Perang Diponegoro 1825-1830. Di usia 73 tahun, Nyi Ageng Serang masih turun ke medan perang dengan menggunakan tandu untuk membantu Pangeran Diponegoro memimpin pasukan melawan Belanda. Selain menjadi pemimpin pasukan, ia juga menjadi penasihat perang dalam pertempuran melawan Belanda.  Berikut ini biografi Nyi Ageng Serang, seorang perempuan pejuang tangguh yang dimiliki Indonesia.

Awal kehidupan dan pendidikan

Nyi Ageng Serang lahir dengan nama lengkap Raden Ajeng Kustiah Wulaningsih Retno Edi pada 1 Oktober 1752. Ia mendapatkan julukan Nyi Ageng Serang karena lahir di Serang, sebuah daerah di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, bukan Serang, Banten. Keluarganya berasal dari kalangan bangsawan Mataram yang memiliki semangat perlawanan terhadap penjajahan. Ayahnya adalah Pangeran Natapraja yang merupakan penguasa daerah Serang, Jawa Tengah, sekaligus menjadi Panglima Perang Sultan Hamengku Buwono I. Nyi Ageng Serang juga disebut sebagai salah satu keturunan dari Sunan Kalijaga. Adapun Nyi Ageng Serang diketahui sebagai nenek pahlawan nasional, R.M. Soewardi Surjaningrat atau lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Didukung latar belakang keluarganya, Nyi Ageng Serang tumbuh menjadi seorang perempuan tangguh dan percaya pada keadilan. Pendidikan yang diberikan kepadanya tidak sebatas pembelajaran rumah tangga, melainkan juga seni bela diri dan strategi militer. Keterampilan ini membentuk karakternya yang pemberani dan mandiri, serta membekalinya dengan pengetahuan tentang taktik perang.

Peran di Perang Diponegoro

 Nyi Ageng Serang terlibat secara aktif dalam Perang Diponegoro melawan penjajahan Belanda. Di tengah medan pertempuran yang penuh tantangan, Nyi Ageng Serang memimpin pasukan wanita dengan keberanian dan keterampilan strategis. Kepemimpinannya menjadi inspirasi bagi banyak perempuan lain yang turut berjuang dalam perang tersebut. Sebagai seorang pemimpin, Nyi Ageng Serang dikenal cerdas dalam merancang strategi pertempuran. Ia memanfaatkan pengetahuannya tentang medan dan taktik perang untuk mengatur pasukannya dengan efektif. Dia mengandalkan strategi gerilya dengan penuh keahlian serta pengetahuan mendalam tentang medan dan topografi. Dalam pertempuran, pasukannya sering melakukan serangan mendadak dari tempat-tempat tersembunyi, seperti hutan dan perbukitan, lalu menghilang dengan cepat. Pemanfaatan taktik penyergapan dan perangkap membuat pasukan Belanda kesulitan dalam menghadapi serangan balasan pasukan Nyi Ageng Serang. Ia juga menjalin kerja sama erat dengan pasukan Pangeran Diponegoro serta elemen-elemen pemberontak lainnya untuk menggabungkan kekuatan dan strategi. Nyi Ageng Serang dikenal memiliki semangat juang yang inspiratif dan berani memelihara moral pasukannya, meski pada akhirnya Belanda berhasil mengatasi perlawanan mereka. Baca juga: Nyi Ageng Serang: Kehidupan, Perjuangan, dan Akhir Hidup Kontribusi dalam perjuangan kemerdekaan Tidak hanya dalam Perang Diponegoro, Nyi Ageng Serang juga terlibat dalam upaya melawan penjajahan Belanda di berbagai kesempatan. Pengorbanan dan jasa-jasanya dalam perjuangan kemerdekaan diakui oleh banyak pihak. Bahkan, tak jarang ia turut membantu menyelundupkan senjata dan memberikan semangat kepada para pejuang kemerdekaan. Setelah perjuangan selesai, Nyi Ageng Serang tetap aktif dalam mendukung pergerakan nasional hingga akhirnya ia meninggal dunia pada 1828. Baca juga: Sebab Umum Terjadinya Perang Diponegoro Pengorbanan dan dedikasi Nyi Ageng Serang diakui oleh pemerintah Indonesia hingga ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui melalui Surat Keppres No. 084/TK/1974 pada 13 Desember 1974.