Si Kancil dan Siput
Pada
suatu hari yang cerah, Kancil sedang berjalan dengan santai di pinggir sungai.
Disana ia bertemu dengan Siput yang merangkak dengan lambat. Kancil lalu datang
menghampiri Siput dengan langkah yang angkuh.
"Hai
Siput," kata Kancil dengan
sombong. "Apakah kamu berani adu cepat denganku?"
Mendengar
pertanyaan itu, Siput tentu saja terkejut. Ia merasa diejek oleh Kancil.
Walaupun begitu, Siput menerima ajakan Kancil.
"Baiklah,
Kancil," kata Siput yang
menerima ajakan Kancil. "Aku terima ajakanmu. Tapi
jangan malu ya, kalau nanti justru kamu yang sendiri yang kalah."
"Hahahaha," seketika Kancil tertawa mendengar ucapan
Siput. "Mana mungkin kamu bisa mengalahkan aku, Siput? Kamu adalah
hewan perangkak yang sangat lambat."
Mendengar
hal itu, bukannya membatalkan ajakan Kancil, Siput justru makin menantang
Kancil. "Baik, tentukan saja kapan kita akan berlomba!"
"Hari
Minggu besok, di sini," kata
Kancil. "Pasti akan ada yang melihatku memenangkan lomba. Catat
itu." Kancil lalu bergegas pergi dengan tertawa.
Sambil
menunggu hari perlombaan, Siput mengatur taktik agar Kancil bisa merasakan rasa
angkuh dan sombongnya dengan kekalahan. Ia segera mengumpulkan semua siput yang
ada di sekitar sungai. Mereka semua tentu saja ingin Kancil kalah.
"Hai
teman-temanku, tentu saja kita berkumpul disini untuk membicarakan perlombaan
dengan Kancil," kata Siput
yang akan berlomba.
"Tapi
bagaimana caranya? Kita memang sudah pasti kalah, karena kita merangkak dengan
lambat," kata siput yang
lain.
"Kita
harus membagi tugas," kata
Siput. "Kalian harus berpencar di setiap rerumputan di pinggir
sungai, sampai garis finish. Nanti kalau dipanggil Kancil, kalian harus
jawab."
"Ide
yang cerdas! Kita akan menang!"
Akhirnya
datang hari perlombaan. Semua siput sudah siap di posisinya masing-masing.
Penonton bersorak sorai. Ada yang mendukung kancil, ada juga yang mendukung
siput. Hingga bendera diangkat, tanda lomba dimulai.
Begitu
lomba dimulai, Kancil berlari dengan sangat kencang. Semua tenaga ia kerahkan
agar bisa memenangkan perlombaan itu. Tapi setelah berlari sekian kilometer,
napasnya mulai terengah-engah dan memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon.
Namun ketika ia baru saja akan
duduk, ia melihat Siput berjalan.
"Siput!" kata
Kancil.
"Ya, aku di sini,
Kancil," kata Siput yang berjalan di depan Kancil.
Kancil lalu berlari kencang
meninggalkan siput itu. Dia mulai kehabisan tenaga ketika sampai di pohon besar
yang rindang. Kancil kembali duduk untuk beristirahat. Tapi Siput datang
melewatinya.
"Siput!" kata
Kancil.
"Ya, aku di sini, Kancil," begitu
seterusnya yang terjadi. Hingga Kancil kelelahan dan Siput memenangkan
perlombaan.
Di garis finis, Kancil mengakui
kekalahannya. Sementara, Siput yang memenangkan perlombaan hanya tersenyum
tipis. Siput tidak merayakan kemenangan dengan berlebihan.
Pesan moral: Kita
harus berani mengakui kekalahan ya.