Sam Ratulangi Pahlawan Nasional Dari Sulawesi Utara
Sam Ratulangi merupakan sosok ahli
matematika asal Indonesia yang pernah meraih gelar doktor dalam bidang
matematika pada tahun 1919 di University of Zurich, Swiss. Sam Ratulangi memiliki nama lengkap Dr.
G.S.S.J. (Gerungan Saul Samuel Jacob) Ratulangi. Ia lahir pada 5 November 1890
di Tondano, Minahasa.
Sebelum mendalami matematika di Swiss,
Sam Ratulangi lebih dulu mengawali pendidikannya di sekolah dasar Belanda atau
Europeesche Lagere School (ELS) dan melanjutkannya di Hoofden School (setingkat
SMP) di Tondano.
Pendidikan Sam Ratulangi
Pada 1904, Sam berangkat ke Jawa untuk
menempuh pendidikan Dokter Hindia Belanda (STOVIA) di Batavia jalur beasiswa. Namun, begitu sampai di Batavia, Sam
justru berubah pikiran. Ia belajar di sekolah menengah teknik Koningen
Wilhelmina School. Setelah lulus pada
1908, ia mulai bekerja di konstruksi rel kereta api di daerah Priangan Selatan,
Jawa Barat. Selama bekerja di sana,
Sam telah banyak menerima perlakuan tidak adil dalam hal upah dan penginapan
karyawan dibandingkan dengan karyawan Indo.
Pada tahun 1912, Sam kemudian pergi ke
Amsterdam untuk melanjutkan studi selama dua tahun. Namun, Sam tidak menyelesaikan pendidikannya akibat tidak diizinkan
untuk mengikuti ujian karena tidak memiliki sertifikat tingkat SMA.
Selama di Amsterdam, Sam sering bertemu
dengan Sostro Kartono, kakak dari RA Kartini dan tiga pendiri Indische Partij.
Mereka adalah Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Soewardi Suryaningrat. Sejak itu, Sam aktif dalam organisasi
Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging). Organisasi yang didirikan untuk
memajukan kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari Indonesia. Berkat keaktifannya di organisasi itu,
pada 1914 Sam terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia.
Semasa kepemimpinannya, ia aktif menulis
artikel-artikel, salah satunya bertajuk Sarekat Islam yang diterbitkan di Onze
Kolonien (1913). Ia menuliskan
tentang pertumbuhan koperasi pedagang lokal Sarekat Islam dan juga memuji
gerakan Budi Utomo. Kemudian, pada
1919 Sam Ratulangi kembali ke Indonesia tepatnya ke Yogyakarta.
Di Yogya, Sam Ratulangi mengajar
matematika dan sains di sekolah teknik Prinses Juliana School sekarang bernama
SMK 2 Yogyakarta.
Setelah tiga tahun, Sam memulai
perusahaan asuransi bernama Assurantie Maatschappij Indonesia bersama Roland
Tumbelaka, seorang dokter asal Minahasa.
Rekam
Jejak Politik
Selain dikenal sebagai guru dan
jurnalis, Sam Ratulangi merupakan politikus.
Pada 1923, Sam dicalonkan oleh Partai
Perserikatan Minahasa untuk menjadi sekretaris badan perwakilan daerah Minahasa
di Manado. Ia menjabat selama periode 1924 sampai 1927. Sejak 2 September 1945 - 30 Juni 1949, Sam sempat menjabat sebagai
gubernur pertama di Sulawesi yang menjabat sejak 2 September 1945-30 Juni 1949.
Sam Ratulangi dikenal dengan filsafatnya
"si tou timou tumou tou" yang berarti, manusia baru dapat disebut
sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia. Ratulangi juga sempat menjadi anggota PPKI dan menghasilkan
Undang-undang Dasar Republik Indonesia. Pada
waktu Agresi Militer Belanda II, Yogyakarta dikuasai oleh Belanda. Para
pemimpin Indonesia, termasuk Soekarno-Hatta ditangkap dan diasingkan ke Bangka. Sam juga ditangkap oleh Belanda pada 25
Desember 1948. Karena masalah kesehatan, Sam diizinkan untuk tinggal di Jakarta
sebagai tahanan rumah.
Sam meninggal pada 30 Juni 1949.
Jenazahnya pernah dimakamkan sementara di Tanah Abang. Kemudian, pada 23 Juli
1949, Sam dibawa ke Manado dengan kapal KPM Swartenhondt. Kapal tersebut sampai di Manado pada 1
Agustus 1949. Keesokan harinya, jenazah Sam dimakamkan di kampung halamannya di
Tondano.